Sebuah Saran Untuk Si Pemberi Saran
Manusia memang tidak ada yang sempurna, dan manusia itu memang tidak bisa hidup sendiri. Dengan sedikit ragu, aku percaya kalau manusia itu tidak bisa hidup tanpa cinta. Sebenarnya, banyak sekali kebutuhan manusia, hanya untuk seorang manusia. Tapi kali ini, aku tidak sedang ingin membahas tentang perkara manusia dan kehidupannya. Pada kesempatan ini, aku ingin menulis tentang salah satu saja dari semua kekurangan manusia, yaitu manusia tidak ada yang bisa hidup sendiri. Aku yakin 99,999% orang setuju dengan itu.
Seorang sahabat pernah berkata padaku, "Aku butuh saranmu, Ndi. Entah kenapa? Aku hebat memberi saran, tapi terkadang aku sendiri bingung dengan masalahku." (begitulah lebih kurang kata-katanya) Dari kalimat tanya sahabatku itu aku berfikir, bagaimana bisa seorang pemberi saran justru meminta saran?? Kahidupan memang terkadang tidak sesederhana seperti kelihatannya. Kejadian membingungkan memenuhi seisi dunia, dan aku masih banyak bertanya-tanya untuk beberapa di antaranya, sepertinya bagaimana bisa terjadi Crop Circle? (tidak, sebenarnya aku tidak peduli dengan itu) Bagaimana bisa pembunuhan John F. Kennedy belum berhasil menemukan pelakunya? dan yang dari negeri sendiri, bagaimana cara memberantas orang-orang rusak di DPR? (sebenarnya aku mules memikirkannya, karena ujung-ujungnya hukum yang dimanipulasi, yang baik masuk neraka, yang jahat masuk surga **u/ domisili dunia), bagaimana menciptakan sebuah alat anti korupsi? (kaya alat ajaibnya Doraemon gitu, kalau ada yang korupsi langsung otomatis nembak mati) dan banyaaak lagi yang lainnya.
Betapa lemahnya manusia sebenarnya, aku tidak habis pikir kenapa Firaun sampai bisa berfikir dirinya itu hebat dan layaknya tuhan, padahal dia itu hanya seorang tidak berdaya kalau tanpa semua prajuritnya. Kebiasaan lupa daratan sudah banyak dialami umat manusia.
Alasan aku menulis semua pikiranku ini di blog juga karena aku sadar akan kekuranganku sebagai manusia. Rasanya berat harus memikul sebuah pikiran mengganggu di kepalaku ini dengan seorang diri. Semua orang, semua manusia cenderung ingin berbagi, namun terkadang memang masih ada saja orang yang memilih untuk memikul semua bebannya sendiri. Aku jadi teringat komik Naruto yang kubaca sewaktu SMP, awalnya aku tidak mengerti kenapa Naruto mengatakan pada Gaara kalau rasa sakit itu bisa dibagi. Setelah menjalani hidup dan mendapatkan sahabat-sahabat terbaik di sisi, akhirnya aku mengerti.
Kembali kepada perkataan temanku tadi, kemudian aku pun memberinya saran, sebuah saran yang bahkan aku tidak tahu kemana arahnya. Masalah yang dialami sahabatku ini adalah masalah yang selama ini tidak pernah aku alami, jadi akupun hanya bisa memberikan saran berdasarkan beberapa referensi dan beberapa cerita fiksi, bukan saran dari seorang profesional yang mengerti dan pernah mengalami. Aku berharap bisa seperti Mario Teguh (dalam hal kemampuan, bukan gaya rambut) yang bisa memberikan sebuah kata-kata yang menggetarkan dan menggerakkan jiwa. Tapi, aku suka menjadi diriku sendiri. Dan aku percaya kalau sebuah ketulusan itu akan menghasilkan sesuatu yang tulus juga, aku berharap sahabatku bisa menjalankan semua seperti yang kusarankan, karena yang aku tahu, hal yang mengenai perasaan wanita itu agak sensitif dan rawan masalahnya.
Ok, mungkin itu aja yang bisa kutulis kali ini, sampai berjumpa lagi di lain kesempatan. (^^)
*NB Maaf kalau ada salah-salah kata yang menyinggung atau sebagainya
Seorang sahabat pernah berkata padaku, "Aku butuh saranmu, Ndi. Entah kenapa? Aku hebat memberi saran, tapi terkadang aku sendiri bingung dengan masalahku." (begitulah lebih kurang kata-katanya) Dari kalimat tanya sahabatku itu aku berfikir, bagaimana bisa seorang pemberi saran justru meminta saran?? Kahidupan memang terkadang tidak sesederhana seperti kelihatannya. Kejadian membingungkan memenuhi seisi dunia, dan aku masih banyak bertanya-tanya untuk beberapa di antaranya, sepertinya bagaimana bisa terjadi Crop Circle? (tidak, sebenarnya aku tidak peduli dengan itu) Bagaimana bisa pembunuhan John F. Kennedy belum berhasil menemukan pelakunya? dan yang dari negeri sendiri, bagaimana cara memberantas orang-orang rusak di DPR? (sebenarnya aku mules memikirkannya, karena ujung-ujungnya hukum yang dimanipulasi, yang baik masuk neraka, yang jahat masuk surga **u/ domisili dunia), bagaimana menciptakan sebuah alat anti korupsi? (kaya alat ajaibnya Doraemon gitu, kalau ada yang korupsi langsung otomatis nembak mati) dan banyaaak lagi yang lainnya.
Betapa lemahnya manusia sebenarnya, aku tidak habis pikir kenapa Firaun sampai bisa berfikir dirinya itu hebat dan layaknya tuhan, padahal dia itu hanya seorang tidak berdaya kalau tanpa semua prajuritnya. Kebiasaan lupa daratan sudah banyak dialami umat manusia.
Alasan aku menulis semua pikiranku ini di blog juga karena aku sadar akan kekuranganku sebagai manusia. Rasanya berat harus memikul sebuah pikiran mengganggu di kepalaku ini dengan seorang diri. Semua orang, semua manusia cenderung ingin berbagi, namun terkadang memang masih ada saja orang yang memilih untuk memikul semua bebannya sendiri. Aku jadi teringat komik Naruto yang kubaca sewaktu SMP, awalnya aku tidak mengerti kenapa Naruto mengatakan pada Gaara kalau rasa sakit itu bisa dibagi. Setelah menjalani hidup dan mendapatkan sahabat-sahabat terbaik di sisi, akhirnya aku mengerti.
Kembali kepada perkataan temanku tadi, kemudian aku pun memberinya saran, sebuah saran yang bahkan aku tidak tahu kemana arahnya. Masalah yang dialami sahabatku ini adalah masalah yang selama ini tidak pernah aku alami, jadi akupun hanya bisa memberikan saran berdasarkan beberapa referensi dan beberapa cerita fiksi, bukan saran dari seorang profesional yang mengerti dan pernah mengalami. Aku berharap bisa seperti Mario Teguh (dalam hal kemampuan, bukan gaya rambut) yang bisa memberikan sebuah kata-kata yang menggetarkan dan menggerakkan jiwa. Tapi, aku suka menjadi diriku sendiri. Dan aku percaya kalau sebuah ketulusan itu akan menghasilkan sesuatu yang tulus juga, aku berharap sahabatku bisa menjalankan semua seperti yang kusarankan, karena yang aku tahu, hal yang mengenai perasaan wanita itu agak sensitif dan rawan masalahnya.
Ok, mungkin itu aja yang bisa kutulis kali ini, sampai berjumpa lagi di lain kesempatan. (^^)
*NB Maaf kalau ada salah-salah kata yang menyinggung atau sebagainya
0 Response to "Sebuah Saran Untuk Si Pemberi Saran"
Posting Komentar