Tidak Seenak Kelihatannya
Beberapa waktu lalu, aku mendapatkan sebuah kiriman dari teman di grup, tentang bagaimana di balik layar sebuah Japanese Adult Video atau biasa yang disebut JAV. Untuk para penggemar film biru, tentunya sudah tidak asing sekali dengan istilah JAV ini. Beberapa artis JAV bahkan sudah sering main ke Indonesia, bahkan ada yang sampai ikut bikin film di Indonesia. Menjadikan JAV ini sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia juga, meski hanya melalui bayangan.
Sebelum aku melanjutkan tulisan, aku mau kasih tau dulu kalau tulisan kali ini untuk 17 tahun ke atas, jadi untuk kalian yang masih terlalu muda untuk ini, harap segera menutup postingan ini. Walaupun aku juga tidak yakin orang akan mematuhi batasan umur.
Kemudian yang mendorongku untuk membuat tulisan ini adalah karena foto yang temanku kirimkan itu. Ternyata dibalik bisnis esek-esek itu, ada kerja keras dan rintangan yang harus dilalui. Entah yang mereka dapatkan sepadan atau tidak, tapi aku tidak menyangka kalau pembuatannya akan serumit itu, mengingat itu hanya “video ena-ena”. Ternyata untuk membuatnya menjadi bisnis, JAV ini pun menjalani profesinya dengan serius. Aku hanya berpikir mereka hanya menjual video seks begitu saja. Nyatanya di sana pun ada ekspresi dan posisi yang tidak sembarangan. Bahkan terkadang ada cerita yang bertujuan untuk memuaskan seseorang yang memiliki sebuah fetish tertentu.
Akhir-akhir ini aku membaca beberapa artikel dan menyaksikan beberapa video interview tentang mereka-mereka yang terlibat dalam bisnis esek-esek ini. Ada yang merasa dirugikan, dan ada yang justru menikmati pekerjaannya. Aku juga tidak tahu sih ya kalau dilapangan gimana, apakah lebih banyak yang menikmati profesi mereka, atau justru menyesali perbuatan itu. Aku pernah terbersit di kepala, membayangkan kalau pekerjaan sebagai bintang film porno sebenarnya menyenangkan, bisa menikmati seks gratisan, terus dibayar pula. Namun yang tidak aku pikirkan kala itu adalah efek yang ditimbulkan setelah video tersebut, misalnya ada teman kita yang nonton, atau tetangga gitu, pasti malu kali ya? Malu sih ya. Atau dosa yang harus ditanggung di dunia dan di akhirat. Apalagi kalau videonya kesebar di seluruh penjuru internet sampai susah untuk dihapus, pasti malu banget. Kebayang aja gitu, pas ngumpul sama teman, terus ada yang nyeletuk, “bro, kemarin aku liat video pornomu loh!” Meskipun yang mengatakan itu juga kemungkinannya kecil, mengingat video porno adalah hal yang masih tabu banget di Indonesia.
Seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, saat ada salah satu bintang porno terkenal, Mia Khalifah, membuat sebuah pengakuan yang menggemparkan dunia, karena ternyata selama di bisnis film biru, dia merasa mengalami eksploitasi dari lembaga yang sudah menaungi dia. Ini salah satu sisi gelap sih. Tapi menurutku sebelum dia terjun, seharusnya dia sadar sih dengan kemungkinan ini. Mencoba melihat dari sisi lain, aku masih belum tahu ketika awal dia masuk untuk alasan apa.
Terlepa dari semua sisi gelap dan negatif, yang ingin aku bahas dalam tulisan ini adalah bagaimana usaha mereka dalam membuat sesuatu yang kita anggap remeh, ternyata ada usaha dan risiko besar di baliknya. Kenikmatan wajah pemeran yang biasa kita saksikan, ternyata menyimpan kekosongan dan kesedihan dibaliknya. Di bawah ini pun aku akan lampirkan beberapa tangkapan gambar dari balik layar suatu film biru
Maafkan jika tulisan ini mengganggu kalian. Aku hanya ingin berbagi dari apa yang aku pelajari melalui foto-foto balik layar ini. Sekarang jadi tidak meremehkan pekerjaan apa pun lagi, meskipun nampak remeh atau pun hina, setiap orang punya caranya masing-masing untuk bertahan hidup. Apa lagi di masa sulit seperti ini kan?
Btw, itu setiap adegan cowonya ada nyelupin jarinya ke dalam gelas, itu biar apa ya? haha untuk kalian yang tahu harap komen dong, kali aja bisa dipraktekin.
Sekian untuk tulisan kali ini. Semoga bermanfaat. Terima kasih. Sampai jumpa ditulisan berikutnya. Cheerio!
0 Response to "Tidak Seenak Kelihatannya"
Posting Komentar