Deep Fake: Perlu Tidak?
Malam ini aku baru saja ditunjukkan sebuah video oleh sahabatku, sebuah video yang dia katakan adalah video skandal artis korea bernama IU. Namun dia tidak sadar kalau video itu sebenarnya adalah deep fake.
Kalian yang belum tahu apa itu deep fake, singkatnya sih itu teknologi kecerdasan buatan yang memungkinkan untuk mengganti wajah orang dengan wajah yang kita inginkan, biasa dalam bentuk video. Sekarang teknologi ini kadang digunakan untuk propaganda atau menyebarkan hoax.
Teknologi ini sebenarnya luar biasa, benar-benar perwujudan fantasi yang menjadi nyata. Di masa lalu mungkin manusia hanya bisa membayangkan tentang teknologi ini, tapi di masa ini sudah bisa terwujud, meskipun hanya dalam bentuk video. Mungkin kedepannya kita benar-benar bisa membuat kloning dari seseorang.
Melihat semua ini kemudian memunculkan pertanyaan di dalam benakku, sebenarnya kita perlu tidak sih teknologi ini?
Kalau untuk sarana hiburan dan fantasi, deep fake memang memenuhi syarat banget sih. Bisa saja dengan itu bisa mewujudkan fantasi terliar seseorang. Misalnya ingin membayangkan melihat seseorang mengatakan sesuatu yang ingin didengar, atau melakukan sesuatu yang ingin dia lakukan, semudah mengambil sampel wajah orang itu dan video yang ingin kita ganti wajahnya dengan apa yang ada dalam pikiran kita.
Waktu itu kan sempat juga tren video foto masa lampau yang kemudian jadi bergerak. Menghidupkan kenangan lama yang selama ini statis menjadi dinamis. Jadi seperti foto-foto yang ada di serial Harry Potter. Teknologi yang menjadikan ilmu sihir itu menjadi nyata. Jika dilihat dari sudut pandang ini aku rasa deep fake bisa dikatakan adalah sesuatu yang bermanfaat. Dalam tren itu kan banyak dari orangtua yang kemudian menjadi haru ketika melihat foto pasangan tau keluarga di masa lalunya serasa hidup kembali dengan ekspresi yang begitu menyentuh hati meski sederhana.
Semakin ke sini manusia semakin merasa tidak puas dengan sesuatu, seperti rasa ketidakpuasan terhadap gambar statis, akhirnya menginginkan kenangan juga tersimpan dalam bentuk yang lebih dinamis. Teknologi deep fake benar-benar sukses dalam mewujudkan hal tersebut.
Di balik kelebihan tentu ada kekurangan. Aku merasa kekurangannya ini lebih mendominasi daripada kelebihannya. Jadi kalau menurut pendapat pribadiku sih sebenarnya kita masih belum terlalu butuh dengan teknologi ini, setidaknya saat ini. Karena apa? Ya karena sebagian besar orang kita masih belum dewasa dalam bersosial media, khususnya Indonesia. Masih mudah terjebak dalam suatu isu dan mengecek kebenarannya.
Namun dengan alasan nostalgia, teknologi ini bisa menjadi terobosan sih. Apalagi setelah melihat video yang dulu tren itu, ketika para orangtua menangis terharu melihat pasangannya yang telah lama tiada seperti hidup kembali dengan menunjukkan ekspresi dinamis.
Kalau menurut kalian, teknologi deep fake perlu gak sih? Komentar di bawah ya. Sekian dulu untuk tulisan iseng kali ini. Sampai jumpa ditulisan berikutnya. 😉
Cheerio!
0 Response to "Deep Fake: Perlu Tidak?"
Posting Komentar