Tren Peselingkuhan 2024 | Anditeori
Ada yang bilang kalau tahun 2024 adalah musimnya selingkuh. Tapi aku rasa sudah dari beberapa tahun terakhir ini kita sering sekali mendengar berita tentang perselingkuhan. Aku selalu merasa kalau perkembangan media sosial dan gawai menjadi salah satu kambing hitam untuk fenomena perselingkuhan yang sekarang marak terjadi di masyarakat. Segala sesuatu yang serba instan juga membuat pola pikir kita berubah, tidak terkecuali hubungan asmara, semuanya jadi instan pula.
Tentu tidak bijak hanya menyalahkan, tapi mengecualikan diri sendiri yang terkadang masih sering khilaf untuk melakukan kesalahan yang serupa karena godaan hawa nafsu yang begitu besar. Berbagai jenis godaan yang sekarang dengan mudah lalu lalang di timeline media sosial tentu menjadi tantangan tersendiri untuk orang yang hidup di jaman ini. Kalau jaman para nabi dulu juga ada sosial media, tentu tantangan akan cukup berat. Selain pornografi, sosial media juga penuh dengan propaganda dan niat jahat orang yang memiliki kuasa. Jadi aku rasa tidak ada salahnya juga mengapresiasi orang yang hidup di jaman sekarang tapi masih bisa berbuat baik.
Ada yang mengisi pikiranku dalam waktu
belakang. Merenungi apa yang terjadi sekarang dan menariknya dari pengalaman
yang aku alami, aku jadi punya sedikit kesimpulan yang bisa aku pelajari;
Terlalu Kepo dan Suka Mencari Aib
Menurutku faktor pertama kenapa sekarang
banyak sekali terungkap perselingkuhan adalah karena orang-orang sekarang
banyak yang KEPO, alias selalu ingin tahu aib orang lain. Melakukan berbagai
cara, entah itu membongkar privasi orang lain atau bahkan membongkar aib yang
sudah berlalu.
Andaikan setiap orang hanya mengurus urusannya
sendiri, fokus terhadap dirinya sendiri, dan bagaimana memperlakukan
pasangannya dengan baik, komunikasi yang baik, tentu hal ini bisa dihindari. Terlalu
KEPO menjadi salah satu indikator tidak percaya terhadap pasangan. Padahal percaya
adalah kunci utama suatu hubungan.
Seperti prinsipnya Nagita Slavina terhadap
Raffi Ahmad, yang memiliki untuk tidak suka memeriksa HP suaminya tanpa seizin
suaminya. Menurut aku ini bagus dan juga membawa rasa tenang dalam hidup Nagita.
Dan bisa kita lihat hubungan mereka saat ini langgeng saja.
Perlu diingat juga bahwa hak terhadap privasi
adalah salah satu hak asasi manusia. Jadi ini adalah hak dan bagi orang lain
adalah kewajiban untuk memberikannya. Aku yakin orang sekarang sudah banyak
yang lupa tentang hal ini.
Terlalu Mengekang
Salah satu hak asasi manusia adalah kebebasan
dan kesetaraan, jadi terlalu mengekang tentu orang lain akan berontak, karena
itu tidak sesuai dengan hak asasinya, khususnya untuk pasangan. Jadi menurutku
kebebasan yang bertanggungjawab akan lebih baik dalam suatu hubungan.
Lagian manusia itu kadang aneh, diberi
kebebasan terkadang yang terjadi sebaliknya. Begitu pula ketika dikekang, yang
ada malah berontak. Sama seperti ketika dilarang, beberapa orang malah lebih
merasa penasaran. Ada baiknya memang terkadang membiarkan orang lain
bertanggungjawab dengan kebebasannya.
Mendekatkan Yang Jauh, Menjauhkan Yang
Dekat
Kalau ini sih benar-benar karena efek dari
sosial media. Bagaimana kita bisa menjangkau teman atau kerabat yang berada jauh
di sana, tapi sering kali malah keasyikan dan malah melupakan mereka yang
berada di dekat kita.
Aku belum menemukan teori apa ini ya, tapi
memang kebanyakan kita menyiakan yang sebenarnya sudah dekat dengan kita, kita
lebih sering mengabaikan apa yang dekat dengan kita dan malah fokus terhadap
yang jauh atau tidak bisa kita miliki.
Gawai sekarang menjadi jurang pemisah antar
pasangan yang dekat dan menjadi jembatan yang bagus untuk berselingkuh. Ini adalah
fakta yang harus akui banyak terjadi saat ini. Komunikasi langsung dengan orang
yang berada di dekat kita itu penting banget sih.
Aku pun mulai tahun ini, berusaha banget
ketika duduk bersama orang lain, sebisa mungkin meletakkan gawaiku jauh dari
pandangan dan berusaha untuk berada di tempat itu dan di waktu itu. Tidak ingin
melewatkan berbagai momen kecil yang akan terjadi di sekitarku. Tidak ingin
melewatkan setiap kata yang orang lain akan ucapkan di dekatku. Melewatkan itu
akan menjadi penyesalan yang mungkin akan menyiksaku dikemudian hari karena rasa
bersalah.
Ekspektasi Terlalu Tinggi
Semua orang harusnya bisa memahami dulu apa
itu definisi yang sebenarnya dari cinta dan tingkatannya. Sadarilah kalau
tingkat tertinggi dari cinta adalah rasa kasih. Itu adalah ketika kita memberi
tanpa mengharapkan balasan. Itu pula yang aku yakini, bahwa cinta adalah
memberi, bukan menerima.
Jadi ketika kita mencintai seseorang, kita
memberikan apa yang bisa dan mampu kita berikan untuk membuatnya bahagia. Namun
ketika apa yang kita berikan sudah tidak lagi membuatnya bahagia atau sudah
lagi tidak ia butuhkan, di situ pula cinta berakhir. Aku meyakini itu sih sejak
dulu. Kuncinya adalah membuat orang lain bahagia, mendahulukan kepentingan
orang lain di atas diri sendiri.
Jadi kalau ketika memiliki pasangan dan hanya
berharap mendapatkan ini itu, sebaiknya renungi lagi, apakah itu benar cinta,
atau...
Pasangan kita adalah cerminan diri kita
sendiri. Jadilah versi terbaik dari dirimu dan aku yakin kamu juga akan
mendapatkan yang terbaik, kalaupun belum dapat yang terbaik di dunia ini,
setidaknya nanti di akhirat akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Mendahulukan Ego Pribadi
Ego ini adalah salah satu faktor utama yang
menurutku paling sering menghancurkan hubungan. Dari dulu aku menjalani
hubungan dan berakhir, faktor utamanya pasti ego. Salah satu hal yang paling
sulit dikontrol banyak orang ini.
Ketika memiliki pasangan, menurutku penting
juga untuk memikirkan bahwa kita tidak melakukan semuanya untuk diri sendiri,
terkadang apa yang kita lakukan itu sesederhana menjaga apa yang selama ini
sudah diperjuangkan dan dibangun bersama. Mempertahankan kebersamaan menjadi
penting untuk pasangan ketimbang ego pribadinya. Karena jika hubungan berakhir
pun, belum tentu setelahnya akan mendapatkan yang lebih baik. Bukankah lebih
baik mempertahankan yang sekarang ketimbang harus mendapatkan cobaan lain di
kehidupan berikutnya?
Sebenarnya ini hanya masalah pilihan hidup saja.
Aku juga belum bisa dengan lantang berani mengatakan kalau aku akan
memperjuangkan semuanya untuk mempertahankan hubungan, karena aku sendiri pun
masih sering kalah dengan egoku.
Terlalu Banyak Terpapar Drama
Entah itu dalam film, sinetron, video Youtube,
kiriman influencer, maupun postingan ibu-ibu komplek, semua berisi drama. Reaksi
orang sekarang menurutku terlalu berlebihan untuk suatu masalah. Masalah dianggap
menjadi sebuah konten untuk mengemis perhatian orang lain. Seolah masalah
pribadi itu adalah masalah terbesar di dunia, jadi semua manusia di bumi ini
harus tahu.
Sebenarnya drama ini yang membuat semuanya jadi
runyam. Penyelesaian masalah berdua saja sebenarnya sudah cukup kan? Karena ketika
dibuat drama, apalagi di sosial media, itu sama saja mengundang semua manusia
di bumi untuk turut serta dalam kisah kita.
Membuat dunia ini menjadi sesederhana mungkin aku
rasa adalah sebuah keharusan. Drama bisa membuat penyelesaian masalah yang
seharusnya sederhana menjadi lebih rumit. Bisa saja masalah itu selesai kalau
dipikirkan bersama baik-baik berdua, tapi karena drama dan campur tangan orang
lain, jadinya kacau balau dan tidak terselesaikan.
Itu saja sih yang menurutku harusnya dijaga
dan dihindari demi kehidupan berpasangan yang lebih tenang, terlebih di jaman
sekarang ini. Ini adalah masa kekacauan, seluruh dunia rasanya sekarang benar-benar
kacau dan menjelang akhir.
Kalau menurut kalian apa? Silakan tulisan di
kolom komentar.
Pesan terakhirku, tetap percaya pada pasangan
kalian. Tetap jaga sikap kita masing-masing. Kita akan memetik apa yang kita
tanam. Jadi percayalah, kalau keburukan dilakukan oleh seseorang, keburukan itu
pula yang akan kembali padanya. Jadi kita sebagai manusia tidak perlu repot
untuk mengambil tugas Tuhan sebagai penentu salah dan benar. Di Akhirat kelak,
kita akan mempertanggungjawabkan kesalahan kita masing-masing.
Sekian tulisan kali ini. Aku yakin ini begitu
sensitif untuk sebagian orang. Aku juga bukan manusia sempurna dan berhak untuk
mengatakan semua ini. Kebenaran sesungguhnya hanya milik Tuhan. Cheerio!
0 Response to "Tren Peselingkuhan 2024 | Anditeori"
Posting Komentar